Banyak versi mengenai asal
mula munculnya hari Valentine. Ada cerita yang menyebutkan hari Valentine diambil dari seorang yang bernama Santo Valentine yang hidup sekitar abad ke-3 di Roma. Ketika itu kota
Roma di bawah kekuasaan kaisar
Claudius. Santo Valentine tidak begitu menyukai Kaisar Claudius. Rasa ketidaksukaan yang sama juga dirasakan oleh hampir seluruh rakyat
Roma. Singkat cerita jadilah Santo Valentine menulis surat dengan kata-kata,
“cinta dari Valentine-mu”. Surat itu ditulis pada hari dia akan dihukum mati,
14 Februari, 269 M.
Orang-orang Perancis
dan Inggris percaya kalau 14 Februari adalah awal musim bagi burung-burung
untuk mencari pasangan pasangannya. Bahkan hampir seluruh dunia percaya bahwa bulan Februari adalah
bulannya cinta bagi para pasangan. Valentine days dijadikan momen untuk
berbagi kasih-sayang. Spirit itulah yang sebenarnya dibawa oleh Santo
Valentine.
Sayangnya, makna valentine days sepertinya sudah mengalami
reduksi. Spirit kasih-sayang ‘dibatasi’ hanya pada pacar. Parahnya lagi malam valentine banyak disalahgunakan
beberapa kalangan. Malam valentine sering dijadikan
malam ‘esek-esek’. Banyak contoh, setiap malam valentine, para pemuda-pemudi
digerebek oleh petugas Satpol-PP dan Polisi sedangkan merayakan malam valentine
dengan melakukan seks bebas di hotel dan tempat-tempat
kost.
Kondom menjadi komoditi yang aling digemari dan dicari
menjelang malam valentin. Buktinya alat kontrasepsi yang dapat dibeli secara bebas
ini laku keras di Pekanbaru. Ini membuktikan betapa telah rusaknya moral pada
sebagian kalangan anak muda di negeri ini. Bagi sebagian orang valentine day
atau hari kasih sayang kerap diidentikkan dengan berhubungan seks.
Di Kota Pontianak sendiri tingkat penjualan alat kontrasepsi
di beberapa apotek dan toko asesoris seks, laris manis. Bahkan penjualannya melonjak hingga 500 persen. “Penjualan
meningkat semenjak pagi tadi, seperti penjualan di beberapa apotik yang ada di
Kota Pontianak yang biasanya 50 pack sekarang bisa jadi 50 pack,” katanya Erlin Sungkar, seorang penjaga salah satu apotek di Kota Pontianak.
Menurutnya
fenomena yang terjadi jelang Valentine dan Tahun Baru, selain peningkatan,
beberapa apotik yang dekat dengan kampus dan kost-kostan adalah apotek yang banyak diserbu pembeli, yang notabene adalah anak SMP-SMA dan mahasiswa. “Mirisnya banyak
anak-anak kecil SMP dan SMA yang beli dan sudah tidak malu-malu lagi,” tutur Erlin.
Realitas seperti ini tentu menyedihkan. Hilangnya rasa malu
pada generasi muda. Fenomena ini sangat mengkhawatirkan. Lebih jauh tentu ini
akan berdampak buruk bagi keberlangsungan moral bangsa. Karena itu, perlu ada
upaya sungguh-sungguh untuk mengembalikan makna valentine menjadi makna yang
lebih positif yang tak melanggar norma-norma kesusilaan.
Spirit valentine adalah spirit kasih-sayang. Kasih-sayang bersifat universal, tak hanya dibatasi pada
pasangan, pacar, atau keluarga. Cukup dengan cara selalu menghormati dan menghargai sesama. Lagi pula kasih-sayang itu tak hanya di tanggal 14
Februari, tetapi setiap
hari kita bisa memberikan kasih sayang kepada semua makhluk. (Sahirul Hakim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar