Dra Hj Khairawati MPd, Trainer ARG/Pemerhati Gender Provinsi Kalbar
Rakyat Kalbar—Pelecehan terhadap kaum perempuan
masih saja kerap terjadi. Menyikapi hal ini, Trainer ARG/Pemerhati Gender
Provinsi Kalbar, Dra Hj Khairawati MPd mengatakan pelecehan terhadap kaum
perempuan disebabkan hukum masih memandang perempuan berbeda dengan
laki-laki dalam pengambilan keputusan.
"Laki-laki punya hak, sedangkan perempuan tidak ada. Sehingga ketika perempuan masuk wilayah hukum, dilihat sebagai sumber kesalahan, contoh dalam beberapa kasus perceraian," ujar Khairawati kepada Rakyat Kalbar, Minggu (10/2) pukul 07.00 malam, di Pontianak.
Lebih lanjut berikut kutipan wawancara dengannya:
+ Menurut Anda, apakah Negeri ini sudah memuliakan perempuan?
-Kalau saya lihat, Negeri kita belum memuliakan kaum perempuan. Karena berbagai kebijakan jarang mempertimbangkan unsur perempuan. Misalnya, hak perempuan hamil dan menyusui terabaikan, yang ada cuma melahirkan. Padahal perempuan itu diberi Allah hak asuh anak selama 2 tahun. Sedangkan di pemerintah kita hanya 3 bulan diberi cuti melahirkan.
+Bagaimana dengan pendidikan terhadap kaum perempuan?
-Kalau pendidikan perempuan yang rendah, membuat ketergantungan tinggi pada laki-laki atau suami. Bagi perempuan yang tidak berpendidikan dan tidak bekerja semua hal ditentukan suami.
+ Orientasi dalam keluarga Anda memandang bagaimana?
-Ya orientasi dalam keluarga juga masih mendudukkan laki-laki, sebagai yang utama. Sedangkan perempuan yang kedua.
"Laki-laki punya hak, sedangkan perempuan tidak ada. Sehingga ketika perempuan masuk wilayah hukum, dilihat sebagai sumber kesalahan, contoh dalam beberapa kasus perceraian," ujar Khairawati kepada Rakyat Kalbar, Minggu (10/2) pukul 07.00 malam, di Pontianak.
Lebih lanjut berikut kutipan wawancara dengannya:
+ Menurut Anda, apakah Negeri ini sudah memuliakan perempuan?
-Kalau saya lihat, Negeri kita belum memuliakan kaum perempuan. Karena berbagai kebijakan jarang mempertimbangkan unsur perempuan. Misalnya, hak perempuan hamil dan menyusui terabaikan, yang ada cuma melahirkan. Padahal perempuan itu diberi Allah hak asuh anak selama 2 tahun. Sedangkan di pemerintah kita hanya 3 bulan diberi cuti melahirkan.
+Bagaimana dengan pendidikan terhadap kaum perempuan?
-Kalau pendidikan perempuan yang rendah, membuat ketergantungan tinggi pada laki-laki atau suami. Bagi perempuan yang tidak berpendidikan dan tidak bekerja semua hal ditentukan suami.
+ Orientasi dalam keluarga Anda memandang bagaimana?
-Ya orientasi dalam keluarga juga masih mendudukkan laki-laki, sebagai yang utama. Sedangkan perempuan yang kedua.
Contohnya,
beberapa kegiatan dalam keluarga, kadang-kadang laki-laki yang rapat sesama laki-laki.
Sedangkan perempuan hanya mengatur makanan saja dan memasak. Selain itu,
kelompok agama pun mempersepsikan lemah pada perempuan misal perempuan dilarang
keluar rumah tanpa suami (mahram).
+ Ekonomi dan pendidikan rendah, apakah bisa membuat kaum perempuan mencari “jalan pintas” untuk bekerja?
-Pasti itu, karena kalau soal ekonomi dan pendidikan rendah. Hingga membuat perempuan menyerah dan mencari “jalan pintas” untuk bekerja yang mendatangkan uang cepat dan mudah.
+ Ekonomi dan pendidikan rendah, apakah bisa membuat kaum perempuan mencari “jalan pintas” untuk bekerja?
-Pasti itu, karena kalau soal ekonomi dan pendidikan rendah. Hingga membuat perempuan menyerah dan mencari “jalan pintas” untuk bekerja yang mendatangkan uang cepat dan mudah.
Makanya
prositusi, pekerja seks cukup menghawatirkan. Selain itu, hukum di Negara kita
belum memuliakan perempuan.
+Apakah pemerintah itu kurang memberikan anggaran terhadap hak perempuan?
-Anggaran juga hak perempuan, namun belum diakomodir secara proporsional. Makanya sejak Permendagri 15/2008 dikeluarkan, didorong adanya ARG (anggaran responsif gender) di kota, kabupaten dan provinsi. Ibu juga terlibat sebagai trainer daerah.
+Apakah pemerintah itu kurang memberikan anggaran terhadap hak perempuan?
-Anggaran juga hak perempuan, namun belum diakomodir secara proporsional. Makanya sejak Permendagri 15/2008 dikeluarkan, didorong adanya ARG (anggaran responsif gender) di kota, kabupaten dan provinsi. Ibu juga terlibat sebagai trainer daerah.
Serta, kalau
kita lihat program MDGs beberapa program menjadi prioritas terutama keadilan
dan kesetaraan gender.
Reporter :
SAHIRUL HAKIM
Editor : Mohamad
iQbaL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar